Oleh
Nasrullah.
Mengenang Ulama kharismatik di Tasikmalaya, Jawa
Barat tepatnya di Pageur Ageng, Suryalaya. Beliau bernama KH.Shoibulwafa Tajul
Arifin atau dikenal Abah Anom, Mursyid pembimbing (Sufi) Tarekat Qadiriyah
Naqsabandi (TQN). Beliau yang mengajarkan sekaligus membimbing setiap santri
yang mondok disana, melalui talqin zikir jahar dan khafi yang ditanam kedalam
hati setiap murid yang pernah bertemu Abah Anom.
Pengasuh
Pondok pesantren Suryalaya, KH.Zaenal Abidin Anwar, atau yang akrab disapa
Babeh oleh para santri di era 1990-an mengatakan, “Melalui pengamalan TQN akan
timbul rasa ikhlash, tenteram, adil, asih, ramah, cinta kepada sesama, agama
dan Negara. Berpendirian teguh, gontong royong, sabar, tahan godaan setan,
hilang rasa benci, emosi, nafsu jahat, iri dengki, dan penyakit hati lainnya.
Melalui pengamalan metode zikir jahar dan khafi serta ibadah sholat sunat pada
malam harinya itu dinilai dapat
menyembuhkan penyakit hati, “katanya.
Pesan Abah
Anom saat talqin kepada ikhwan disini, Perbanyaklah ingat kepada Allah dan
tetap berpegang pada tali agama Allah. Bersandar dan bergantung hanya kepada
Allah. Ingat Allah dimana pun berada
bahwa Allah selalu mengawasi, maha kasih dan sayang lagi maha lemah lembut. Sebut
nama Allah dalam khafi-mu dan jaharmu sebanyak-banyaknya, jadikanlah Allah
maksud tujuan, dan carilah
keridhoan Allah sebagaimana diucapkan sebelum zikir jahar maupun khafi, “Illahi Anta
Maksudi Waridhoka Matlubi Attini Mahabahtaka Waa Ma’rifat”.
Zikir atau
ingat Allah adalah suatu kewajiban bagi umat Muslim. Allah SWT memerintahkan hambanya melalui Nabi Muhammad.SAW, agar banyak-banyak mengingat Allah
baik pada waktu berdiri, duduk maupun
berbaring. Sebagaimana firmannya, “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah
dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al Ahzab
33:41).
Banyak
hikmah dan kebijaksanaan yang diberikan Allah terhadap hamba-hambanya yang
ingat selalu kepada Allah. Sebagaimana janji Allah bagi orang yang selalu
berzikir. “Allah hijrahkan dari kegelapan menuju cahaya-Nya”. (QS.Al Ahzab
41-44).
Dalam
Inabah (Kembali kepada Allah.SWT) kita
berserah diri kepada Allah untuk
kembali pada Allah, dengan menyerahkan setiap
persoalan hidup yang dihadapi. Diantara-nya dengan “Tobat”. Allah sangat suka
dengan orang-orang yang pernah berbuat kesalahan lalu tobat dan mensucikan
diri.
“Sesungguh-Nya
Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS.AlBaqarah 2:222).
Rasullulah
SAW berkata, “Demi jiwakku berada dalam genggaman-Nya, Jika kalian tak
melakukan dosa, maka Allah akan melenyapkan kalian. Kemudian Allah mendatangkan
orang-orang baru yang mereka melakukan dosa, lalu mereka memohon ampun kepada
Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR.MUSLIM).
Jangan
pernah putus asa dari rahmat-nya karena Allah maha pengampun lagi maha pengasih
dan penyayang. Tetap tanamkan sugesti bahwa Allah memang tempat bersandar bagi
manusia, walaupun sangat banyak dosa yang telah diperbuat dan kemaksiatan yang
menjadi kebiasaan kita sehingga lalai mengingatnya. Yakinlah dengan firman
Allah, “Katakanlah : ‘ Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS.Az-Zumar (39):52)
“Dan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal
sholeh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS.Thaha (20):82)
Inabah
Ponpes Suryalaya
Masuk
Inabah di Suryalaya ibarat kita memasuki stasiun. Didalam stasiun kita membeli
tiket dan menunggu jemputan kereta yang akan menjemput. Selanjutnya mulai
berjalan dan melintasi stasiun-stasiun lainnya hingga akhirnya sampai
pada tujuan.
Lantunan kelembutan yang terlontar sebelum di talqin oleh Abah Anom, “Illahi
Anta Maksudi Waridhoka Matlubi Attini Mahabahtaka Waa Ma’rifat”.
Ya Allah yang maha pengampun lagi maha
penerima tobat, ampunilah kami ya allah yang khilaf terjerumus dalam dosa
lantaran kejahilan kami. Ya Allah yang maha pengasih lagi penyayang, naungilah
kami selalu ya Allah dengan cinta kasih dan sayangmu, dan lindungilah kami ya
Allah dari kemurkaanmu dan azabmu, ya Allah yang maha lemah lembut dan
pengasih.
Ya Allah berilah kami petunjuk dan
hidayahmu berupa faham ilmu pengetahuan yang bermanfaat di dunia dan akhirat,
sesungguhnya engkaulah ya allah yang arif, dan juga alim.
Ya Allah cukupilah kami dengan limpahan
rizki yang luas dan berilah kami rizki, ya allah yang pemberi rezeki, yang maha
kaya, ya wakil. Dan bimbinglah kami menggunakannya rezeki darimu pada jalanmu
dengan niat bismillah.
Senyum raut
wajah ABAH ANOM membuat
seorang pemuda bertobat.
Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous
Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat
Indonesia.
Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur,
pemuda tersebut berniat untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah
berbagai cara dilakukan untuk menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya
berhenti. Padahal, pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk
dari para kiai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerahpun belum berhasil.
Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh (latihan) seperti puasa, dzikir,
sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan lainnya.
Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis,
datanglah pemuda itu ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang
Waliullah yaitu Abah Anom dan menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom
berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan dilakukan didepan Abah”. Setelah itu
pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir TQN untuk diamalkan.
Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang
telah dipesan untuk melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur.
Setelah siap-siap semuanya, terbesit dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah
Anom “Asal jangan dihadapan Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan
segera meninggalkan hotel. Gagallah keinginan nafsunya.
Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel
untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat
detik-detik akan melaksanakan maksiatnya muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa,
asal jangan dihadapan Abah”. Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan
kembali pulang.
Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan
wajah Abah Anom disaat-saat akan melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya,
dengan kejadian itu pemuda tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk
selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah
untuk hamba yang dicintai dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya.
Subhanallah..
Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana
robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda
tersebut.
Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah
yaitu Nabi Yusuf as. yang ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan
Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu
telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak melihat burhana
robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana
Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II /
474 : “Adapun maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat
beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin
Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin
Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya,
bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Menurut sebagian riwayat memukul
dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, maksud perkataan itu ialah
Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir yang
seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian
juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474)
Subhanallah…
hatur nuhun pangersa wejanganana
BalasHapus