Kamis, 08 Maret 2018

Inabah


Oleh Nasrullah

Replikasi kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di dunia ini akan terus berjalan seiring dengan berputarnya roda waktu di dunia dan akhirat nanti. Karena kehidupan di dunia ini hanya sementara dan semuanya akan kembali kepada Allah Yang Maha Pencipta.
Allah.SWT dalam singasanaNya menciptakan alam semesta beserta para makhluknya pasti memiliki tujuan visi kehidupan dari generasi ke generasi. Menurut riwayat tujuan itu antara lain adalah untuk MenyembahNya dan Taat pada PerintahNya dan Menjauhi laranganNya. “Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad Utusan Allah”. Itulah bentuk kesaksian kita selaku Hamba Allah yang hidup di dunia dan menjaga kesetiaan kita terhadap keyakinan kita kepada Agama Islam,  dari aspek religius Agama Islam adalah agama Rahmatil Allamin.  
                Dalam kehidupan ini Allah.SWT sang maha pencipta telah menciptakan beraneka dan beragam bentuk kehidupan mulai dari alam semesta terdiri dari beberapa alam mulai dari alam rahim, alam dunia, alam barzah (kubur), hingga alam akhirat nanti. Dan Allah pula yang menciptakan  alam Syurga dan Neraka. Di kehidupan ini setiap makhluk yang tercipta baik itu yang bersifat individu maupun kelompok memilki tufoksiNya masing-masing dengan kebebasan memilih dimana dirinya berada nanti.Makhluk di seluruh alam semesta  terdiri dari Bumi dengan kandungan didalamnya terdiri dari tanah, pasir, abu, bebatuan, air, api, udara, cahaya, matahari, bulan, langit dan sejumlah tata surya lainnya.Selain itu juga Allah menciptakan makhluk hidup terdiri dari  Manusia, Malaikat, Jin, Hewan Binatang, dan Tumbuh-Tumbuhan.
Manusia dalam suatu riwayat berasal dari tanah, leluhurnya meriwayatkan seluruh manusia di muka bumi yang hidup dari generasi ke generasi berasal dari kandungan Ibunda Siti Hawa dengan pasangan hidup Bapak Nabi Adam.AS. Pasangan inilah merupakan pasangan tertua di dunia dan leluhur umat manusia.
Setiap manusia yang terlahir ke dunia semua berasal dari kandungan seorang Ibu  yang mengandungnya  selama 9 bulan 10 hari. Berasal dari setetes air mani dari waktu ke waktu dalam kandungan proses kehidupan merubahnya menjadi segumpal darah hingga  daging.
Semua makhluknya itu sudah ditetapkan Allah dari mulai sifat hingga dzatnya dalam menjalani aktifitas kehidupannya baik di dunia hingga akhirat nanti. Karena Allah Maha Arif Bijaksana dan Maha Alim Mengetahui yang terang maupun yang tersembunyi (Yaa Alimul’ghaibi Wa Syahadah).
Untuk apa manusia diciptakan Allah disamping untuk mentauhidkan Allah sang maha esa atau dikatakan juga melaksanakan Hak Allah atas manusia, juga sebagai khalifah di muka bumi dengan proses perjalanan hidup di dunia yang penuh cobaan dan ujian dari sang maha pencipta. Allah pula yang menciptakan para malaikatNya yang bertugas menjaga kerajaanNya yang maha besar. Termasuk juga syetan iblis dan tentaranya, Allah pula yang menciptakan mereka yang selalu mengganggu kehidupan umat manusia.

Karena itulah setiap amal perbuatan manusia selama hidup di dunia bakal tercatat dan mereka akan melakukan perhitungan hisab yang besar di akhirat kelak. Karena hidup di dunia hanya sementara dan mereka cepat atau lambat bakal kembali  kepada Allah. Ketaqwaan dan Keimanan merupakan modal dasar manusia dalam menjalani titian hidup kala didunia dan akhirat nanti.


                Melaksanakan Hak Allah pada diri setiap manusia wajib hukumnya diantaranya dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad Utusan Allah.  Sebagaimana hadist Nabi Muhammad.SAW dalam riwayat Buchary Muslim.
“Maka sesungguhnya hak Allah terhadap para hamba-Nya adalah agar menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya akan sesuatu. Sedangkan hak para hamba dari Allah ialah Dia tidak akan menyiksanya terhadap mereka yang tidak menyekutukannya akan sesuatu”. (HR.Buchary-Muslim).

Hak Allah atas diri setiap manusia adalah mentauhidkan Allah dan dalam pelaksanaannya itu  bagi seseorang terkecuali dirinya telah mendapatkan Petunjuk Hidayah dan Inayah Allahu ta’ala yang didapat baik bersifat laduni yang langsung dari Allah atau melalui bimbingan seorang mursyid atau guru yang telah mengajarinya dalam meniti setiap Maqamat maupun Hallikhwal yang dianugerahi Allah disaat dirinya bertaqarub mendekat kepada Allah Tuhan Seru Sekalian Alam.

Pada dasarnya diri kita selaku manusia memiliki sifat  tiada daya dan upaya dalam melaksanakan ibadah untuk menyembahNya dan  tentunya selalu mengharapkan pertolonganNya. Berkat pertolongan Allahu ta’ala sesuatu yang sifatnya pelik rumit dapat menjadi mudah karena ada Allah beserta kita.
Pengalaman kami masuk pertama kali di Pondok Pesantren Suryalaya diasuh langsung oleh KH.Shohibul Wafa Tajul Arifin atau yang akrab dikenal Abah Anom. Beliau guru kami yang kami cinta, kasih dan sayang semata-mata karena Allah  telah mentalqin kami dengan dua kalimat syahadat dan melatih kami untuk terus berdzikir sebanyak-banyaknya pada Allah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah sebagaimana maksud  tujuan dzikir disampaikan beliau “Illahi Anta Maksudi Wa Ridhokka Matlubi Attini Mahabahtaka Wa Marifataka”.

Firman Allah : Ingatlah kepada Tuhan dalam hatimu dengan rasa rendah dan takut dan bacaan yang tidak keras waktu pagi dan sore, dan jangan tergolong pada orang-orang yang lalai. (Al-Araf 205)

Letak niat sebagai rukun pertama dalam semua aktifitas ibadah kepada Allah.SWT, niat ikhlas dalam perbuatan amal. Sebagaimana firman Allah dalam ayat suci al-qur’an Al Bayyinah ayat 5.

Tiadalah mereka diperintah, kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama, lurus, dan mendirikan sholat, mengeluarkan zakat. Itulah agama yang lurus.

Pasal niat ini ulama kaum muslimin meletakan niat itu sebagai rukun pertama dalam aktifitas semua ibadah yang dilaksanakan. Membedakan antara ibadat dengan adat, hanya niat. Misalnya, sesuatu perbuatan adat, namun diniatkan mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah.SAW maka dapat berubah perbuatan adat tadi menjadi ibadah yang bernilai hingga memiliki pahala disisi Allah.

Para ulama juga merinci niat pada lima macam terdiri Hakikat, Tempat, Hukum, dan Syarat.
·         Hakikat Niat : Ialah sengaja (dengan sengaja mengerjakan sesuatu berbarengan dengan perbuatan).
·         Tempat Niat  : Dalam Hati.
·         Waktu niat     : Di awal permulaan melakukan perbuatan.
·         Syarat Niat     : Untuk tujuan amal kebaikan.


Lalu bagaimana agar niat itu ikhlas ? Pasal keikhlasan ini merupakan ketulusan dalam beribadah kepada Allah. Dirinya dalam beribadah tak meminta imbalan yang sudah dijanjikan Allah, melainkan hanya Ridho Allah semata yang dicari. Sebagaimana niat kami Illahi Anta Maksudi Wa Ridhoka Matlubi Attini Mahabahtaka Wa Marifataka. Allah maksud kami, KeridhoanNya tujuan kami, dan CintaNya serta Marifatullah.

Setiap kebaikan yang dilakukan itu merupakan pertolongan Allah dan hadiah dari Allah dengan niat ikhlas kembali kepada Allah tentunya menjadi nilai pahala dan ridhoNya. Sementara khilaf yang terjadi adalah perbuatan diri kita yang lalai terhadap Allah Tuhan Yang Maha Sempurna sehingga tertulis menjadi sebuah dosa. Menjadikan diri tempat persinggahan Allah semata dalam menjalani kehidupan diatas sunahtullah di dunia ini bermodal taqwa menjaga diri dengan berharap selalu beserta Allah, bergantung hanya kepada Allah, meminta hanya pada Allah, dan yang seluruhnya disandarkan hanya kepada Allah Tiada tuhan Selain Allah.

Pasal Taqwa (Menjaga Diri)

Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah dengan sungguh arti taqwa” (Al-Imron 26)

Firman Allah:

“Bertaqwalah kepada Allah sekuat tenagamu (Attaghabun 26)

Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan kata-kata yang lurus, tepat. (Al-Azhab)

Firman Allah:

“Dan siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah memberi kepadanya jalan keluar dari segala kesulitan, dan diberinya rizqi dari arah yang tidak diduga. (Aththalaq 2-3)

Firman Allah:

“ Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah memberi kepadamu pengertian untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk, dan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan mengampunkan dosa-dosamu dan Allah maha besar karunia-Nya. (Al-Anfaal 29)

Selain itu Abah Anom.RA  juga  membimbing kami melaksanakan aktifitas syariat seperti ibadah sholat sebagaimana Rasulullah.SAW  lakukan karena Rasulullah.SAW adalah Nabi yang kami cinta kasih dan sayang karena Allah hingga merupakan suri  teladan kami selaku  umat Islam dari dulu hingga akhir nanti. Seiring itu pula, pewaris Nabi Muhammad.SAW atau Abah Anom membimbing kami meniti titian awal Maqamat Inabah dan Tobat sebagai titian cara bertaqarub atau mendekat kepada Allah untuk meraih derajat taqwa dan keimanan disisiNya.





Abu Hurairah R.A berkata: Bersabda Rasulullah.S.A.W: Allah telah berfirman: Aku Selalu mengikuti sangka hambaKu, dan Aku selalu menyertai dia,  dimana ia ingat kepadaKu. Demi Allah, sungguh Allah lebih senang menerima tobat hambaNya dari seseorang yang mendapat kembali barangnya yang telah hilang di hutan. Dan siapa yang mendekat kepadaKu sejengkal. Aku mendekat kepadanya sehasta, dan siapa mendekat kepadaKu sehasta,  Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan bila ia datang kepadaKu dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan berjalan cepat. (Buchary, Muslim)

    Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah.SWT merupakan amanah Rasulullah.SAW yang selalu disampaikan kepada umatnya setiap kali waktu itu terutama pada hari Jum’at dalam khutbah yang disampaikan para pewaris ilmu beliau di saat Sholat Jum’at.
    Sebagaimana disampaikan dalam khutbah jum’at di salah satu Masjid di kota ini pada jum’at kemarin bahwa keimanan dan ketaqwaan terhadap Allahu ta’ala merupakan modal dasar setiap orang dalam menjalani titian kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Untuk itu marilah kita jaga terus dan tingkatkan keimanan kita kepada Allahu ta’ala seraya berharap pertolongan Allah terhadap kita yang tiada daya dan upaya dalam menjaga dan berupaya meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah.
Ada satu riwayat yang dikisahkan khatib, seseorang di akhir hayat menjelang sakaratul mautnya, itu akan didatangi dari atas kepala hingga ke kaki dan sekujur tubuhnya. Ia datang bermaksud menguji keimanan yang ada pada diri seseorang dengan mempengaruhi untuk melepaskan keimanannya kepada Allahu ta’ala dan rasulullah yang  sudah melekat baik pada dirinya.  Mulai dari keimanan kita terhadap Allahu ta’ala, terhadap rasulullah.saw, terhadap kitab-kitab Allah hingga keimanan terhadap para malaikat-malaikat Allah. Karena jika mati seseorang dengan membawa iman kendati  itu sedikit tentu surga balasannya, begitu sebaliknya jika matinya seseorang tanpa membawa iman maka neraka akhirnya. “Yaa Allah semoga engkau bimbing kami dalam menjalani akhir kehidupan kami dan menjaga diri kami untuk tetap selalu beserta Allah dan Rasulullah dan mati dalam keadaan beriman dan khusnul khatimah”.
Kehidupan didunia ini bersifat sementara karena setiap seseorang pasti akan mengalami mati meninggalkan dunia ini untuk menjalani kehidupan berikutnya di alam akhirat nanti yang merupakan kehidupan  abadi. Karena itulah Rasulullah selalu menyampaikan pesan beliau terhadap umatnya untuk terus meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Allahu ta’ala.
Abu Hurairah r.a, berkata : Rasulullah.s.a.w bersabda: Jika mati seseorang, maka putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga macam yaitu Sedekah yang terus menerus berjalan, ilmu yang telah diajarkan dan berguna lagi bermanfaat, anak yang sholeh yang selalu terus mendoakan baginya. (Muslim)
    Untuk itu patut kita bersyukur kepada Allahu ta’ala yang masih memelihara kita dan membimbing kita dalam beribadah taat terhadapNya disisa hidup ini. Semoga Allah selalu memberikan kita petunjuk dan hidayahnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan memberikan solusi kepada kita akan setiap permasalahan yang kita hadapi.


Pasal Tobat (Istighfar)

    Di Suryalaya, Saat saya berada disana apa yang saya tanyakan dan apa yang disampaikan beliau masih lekat teringat dalam kenangan, Apa sih maqamat itu ? kuburan kah, Tanya hati kecilku. Bukan. Ternyata itu adalah struktur titian tingkatan derajat ketaqwaan dan keimanan seseorang disisi Allahu ta’ala sang Maha Pencipta. Ibarat antar stasiun ke stasiun lainnya adalah maqamat dan diri seseorang yang bertaqarub kepadaNya adalah ibarat kendaraan yang memiliki visi tujuan.
Maqamat itu ada tertanam dalam hati seseorang dimulai saat ketika kembali kepada Allah atau disebut Inabah seiring mulai menyadari kesalahan kekhilafan diri sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan betapa besarnya dosa kita terhadap sang maha pencipta sehingga selama ini lalai mengingatNya. Allah…Allah…Allah…. dzikirku seraya mengetuk jari , Tobat Yaa Allah, teriakku dalam Qalbi hati kecilku di bagian dada sebelah kiri bawah. Terus istighfar hingga Allah.SWT membentangkan MaghfirahNya Amin Yaa Rabbal Al Amin.

Menyerah pada Hukum Allah (Rabbaniyatul Huk’m) dengan sudut pandang religius dan prinsip Ilmu Ketuhanan (Rabbaniyatul Ilm). Aku Bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad Utusan Allah.

Abu Musa Al-Asj’ary R.A : Bersabda Nabi Muhammad.SAW: Sesungguhnya Allah membentangkan tangan rahmatNya pada waktu malam supaya bertobat orang yang telah melanggar pada siag hari, juga mengulurkan tangan kemurahanNya pada waktu siang, supaya bertobat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan itu tetap terus hingga matahari terbit dari barat. (Muslim)

Firman Allah:

Mintalah ampun  kepada Tuhanmu dengan membaca istighfar, dan kembali bertobatlah kepadaNya. (Hud 3)

Hai sekalian orang yang beriman, tobatlah kamu kepada Allah dengan sungguh-sungguh. (Attahrim 8)

Istighfar (Memohon Ampunan Allah ta’ala atas tiap-tiap dosa). Istighfar bagi manusia merupakan instrumentasi atau alat yang terbaik untuk bertaqarub atau mendekat kepada Allah, karena disitu terdapat pengertian pengakuan sebagai hamba yang lemah tiada daya dan upaya, disamping pengakuan terhadap kebesaran Allah dan kekuasanNya yang mutlak tidak terbatas.

Tobat atau Istighfar ini wajib dari tiap dosa. Jika dosa yang dilakukan hanya antara dirinya dengan Allah dan tiada berhubungan dengan hak manusia, ada tiga syarat tobat :

1.       Harus menghentikan dosa.
2.       Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.
3.       Niat bersungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Dan apabila dosa itu ada hubungan dengan hak manusia maka tobatnya ditambah syarat keempat yaitu:

4.       Menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan minta maaf atau halalnya atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls